MENGORGANISASIKAN KEJUJURAN
Ketika menjadi
mahasiswa, begitu banyak hal yang hendak dilakukan sebagai aktualisasi diri
kita dalam dunia mahasiswa. Hal yang dilakukan selalu menjadi tolok ukur untuk
mencapai predikat mahasiswa yang benar-benar dapat disebut sebagai MAHASISWA.
Maka, tak heran jika seseorang yang masuk kedalam dunia kampus sebagai
mahasiswa cenderung mencari wadah yang dianggap baik untuk mengembangkan
kemampuan diri, menambah wawasan, dan menambah pengalamannya. Wadah tersebut
adalah ORGANISASI.
Mahasiswa dan
organisasi merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dari berorganisasi,
mahasiswa dapat membuka cakrawala peradaban, membawa perubahan zaman, dan
penguat karakter serta jati diri bangsa. Sebaliknya, dengan adanya mahasiswa,
sebuah organisasi/lembaga/institusi dapat berkibar dan terbang membawa kebaikan
untuk masyarakat. Namun, apakah organisasi mahasiswa saat ini mampu menjadi
wadah yang layak bagi mahasiswa untuk dijadikan tempat pengembangan diri? Atau
apakah mahasiswa mampu menjadi pengembang organisasi yang membawa kebaikan di
masyarakat? Dua hal tersebut akan terjawab dengan melihat kondisi dilingkungan
kampus FIP Unesa.
Melihat fenomena
di FIP UNESA, organisasi kemahasiswaan (ORMAWA) menjadi tempat kedua bagi
mahasiswa setelah aktivitas perkuliahan. Bahkan ada mahasiswa yang menomor
satukan kegiatan ormawa daripada kuliah. Kegiatan ormawa di FIP seperti HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan), BEM-F (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas), dan
DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) sangatlah menonjol dan membawa pengaruh besar
bagi mahasiswa disekitarnya. Mahasiswa berlomba-lomba mengikuti open recruit
untuk menjadi fungsionaris di ormawa. Sehingga, ketika mereka dinyatakan sah
sebagai pengurus disalah satu ormawa, mereka akan berusaha samaksimal mungkin
untuk bekerja dan mengeluarkan ide atau gagasan cemerlang untuk mengharumkan
nama baik jurusan dan fakultas.
Ketika meraka
berhasil melaksanakan program dengan hasil yang baik maka mereka akan
diapresiasi dan dihargai, serta warga kampus akan bangga dan percaya dengan
mereka sebagai pengurus ormawa. Namun, ketika mereka gagal dalam melaksanakan
program, maka nama baik dan harga diri mereka sebagai pengurus ormawa
dipertaruhkan. Artinya, mereka sebagai pengurus akan hilang kepercayaan oleh
warga kampus termasuk dosen dan karyawan/staf. Lantas bagaimana dengan kondisi
mahasiswa di dalam organisasi kemahasiswaan FIP Unesa? Apakah hubungan antar
pengurus organisasi berjalan dengan baik? Apa yang dilakukan mahasiswa ketika
proses pemilihan pemimpin baru dalam organisasi? Mampukah mereka yang disebut
organisator menjalankan organisasi dengan jujur, demokrasi, penuh rasa
kekeluargaan, dan bersih dari politik kotor?
Jika kita
melihat proses perjalanan ormawa FIP Unesa, memang ada beberapa mahasiswa yang
dapat dikatakan jujur, ikhlas, penuh tanggung jawab, sehat dalam berpikir, dan
peduli terhadap problematika dalam lingkungan kampus. Namun, keberadaan
mahasiswa tersebut didominasi dengan mahasiswa yang berkepentingan, memakai
politik kotor dalam merebut kekuasaan, serta mahasiswa yang hanya dapat
berkata-kata tapi tidak mampu untuk melaksanakan. Merekalah mahasiswa-mahasiswa
yang nampak dan menonjol di likungan kampus FIP Unesa.
Bagaimana bisa
seorang mahasiswa yang diagung-agungkan sebagai agent of change, agent of control berpola pikir seperti pemberontak,
tidak jujur, melakukan praktek money
politic, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan dalam
organisasi. Sesama mahasiswa saling menghujat, mahasiswa mendoktrin mahasiswa
lain dengan aliran politik kotor, sehingga lupa akan pentingnya hidup rukun
dalam berorganisasi dan saling menyayangi sesama mahasiswa.
Selayaknya
mahasiswa, harus bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan bagi sesama mahasiswa.
Mahasiswa harus dapat menciptakan keharmonisan dalam dunia kampus. Berorganisasi
adalah untuk mencari ilmu yang bermanfaat, menebar banyak kebaikan melalui
kegiatan kampus. Mahasiswa sebagai organisator idealnya melakukan hal-hal yang
bernilai baik dan bermanfaat, seperti saling menyayangi sesama pengurus
organisasi, berkompetisi sehat dalam meraih prestasi, membawa dan menciptakan
citra baik kampus dimata masyarakat, musyawarah mufakat dalam mengambil
keputusan, membela yang benar memperbaiki yang salah, ikhlas dalam bekerja,
menghargai pendapat teman, menghormati pemimpin, serta yang paling penting
adalah jujur dalam segala hal.
Sepahit apapun
kenyataan, lisan harus mampu mengungkapkan. Kejujuran adalah sifat ketulusan
hati, kelurusan hati, berkata sesuai dengan apa adanya, tidak curang dalam
melakukan permainan dengan mengikuti aturan yang ada, serta jauh dari rekayasa
dan kepalsuan. Terkadang kejujuran akan membuat orang lain terluka, namun
dampak yang ditimbulkan akan lebih baik dikemudian hari. Orang yang berani
untuk jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Begitupun
ketika organisasi menjalankan kegiatan dengan penuh kejujuran dan terbuka
dengan khalayak umum, maka kegiatan yang dilakukan akan berhasil baik,
berdampak baik, dan akan mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak.
Ormawa FIP Unesa
mungkin akan mampu menjalankan program kerja dengan baik dan maksimal. Namun,
ormawa FIP Unesa belum mampu sepenuhnya menjadi wadah bagi mahasiswa untuk
pengembangan diri untuk lebih baik dan mahasiswa yang berada dalam ormawa
tersebut belum sepenuhnya mampu menjadi agent of change and agent of control
serta belum sepenuhnya mampu membawa kebaikan untuk masyarakat.
Mahasiswa harus
terus belajar, berkembang, dan menciptakan perubahan untuk dunia. Keterbatasan
diri, bukan alasan untuk kita berhenti dan mundur dari perjalanan, kita selalu
dituntut untuk berusaha maksimal mencapai puncak kesuksesan sesuai dengan
harapan. Jangan pernah berpikir bahwa “saya gagal”, tapi bertanyalah “apakah
saya sudah maksimal?” Lalu jawablah pertanyaan itu dengan berusaha lebih keras.
Don’t be Tired to Make Change, Honesty is madality
for successful.
Jumat,
18 Maret 2016
Abdul Rajab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komenter yang baik...