1.
Perkembang Fisik Anak Tuna
Daksa
Tidak utuhnya
potensi dalam diri anak “TUNA DAKSA”
karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna, maka untuk mengaktualisasikan
dirinya secara utuh mereka biasanya mengkompensasikan dengan bagian tubuhnya
yang lain.
Contoh :
bila ada kerusakan pada tangan kanan, maka tangan kiri akan lebih berkembang untuk
mengkompensasikan kekurangan yang dialami tangan kanan.
Jadiiii ,,
secara umum perkembangan fisik anak “TUNA
DAKSA” dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali
bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh
oleh kerusakan tersebut.
2.
Perkembangan Bahasa Anak Tuna Daksa
Setiap manusia memiliki potensi
untuk berbahasa, potensi tersebut akan berkembangmenjadi kecakapan bahasa
melalui proses yang berlangsung sejalan dengan kesiapan dan kematangan
sensorimotornya. Pada anak tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa/bicaranya
tidak begitu berbeda dengan anak normal, lain halnya dengan anak cerebral palsy. Hasil beberapa
penelitian menunjukkan bahwa gangguan bicara dapat ditemui pada hampir setiap
anak cerebral palsy. Terjadinya
kelainan bicara pada anak cerebral palsy disebabkan
oleh oleh ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicaranya akibat
kerusakan atau kelainan system neuromotor. Gangguan bicara pada anak cerebral
palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi, dan system respirasi.
3.
Perkembangan Kepribadian Anak Tunadaksa
Masalah-masalah kepribadian yang
mendasar pada anak-anak tunadaksa sebenarnya sama dengan anak-anak yang
mempunyai keadaan fisik yang normal. Namun demikian ketunadaksaan merupakan
satu variabel psikologis yang berarti. Pada anak tunadaksa nampak bahwa dalam hubungan sosial mereka berusaha untuk
meyakinkan konsep diri dalam arti fisiknya dan juga berusaha untuk meyakinkan
konsep diri yang disadarinya. Sehubungan dengan pandangan diatas, anak-anak
tuna daksa mempunyai dua tipe masalah, yaitu:
1.
Masalah penyesuaian diri yang
mungkin terjadi pada kemajuan perkembangan yang normal yang dialami setiap
individu yang pada saat bersamaan juga berusaha untuk memperluas ruang gerak
dirinya serta mempertahankan konsep diri yang sudah dimilikinya.
Masalah penyesuaian diri yang semata-mata
merupakan gabungan dari kenyataan bahwa keadaan tunadaksa yang bersifat fisik
merupakan hambatan yang terletak antara tujuan dan keinginan untuk mencapai
tujuan tersebut.